Latest Article Get our latest posts by subscribing this site

Penyakit gagal ginjal

Kapan seseorang itu dikatakan mengalami gagal ginjal ?
GagalGinjal
Add caption

Pertama-tama harus kita ketahui apa yang dimaksud dengan Gagal Ginjal ?
Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine, dengan kata lain terjadinya keadaan penurunan fungsi ginjal sehingga terjadi penimbunan racun dan sampah metabolisme. 

Adapun penyebab dari gagal ginjal anara lain sebagai berikut :
  • Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)
  • Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension) 
  • Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor, penyempitan/striktur)
  • Menderita penyakit kanker (cancer)
  • Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik
  • Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh infeksi atau dampak dari penyakit darah tinggi. 
  •  Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada organ ginjal itu sendiri (polycystic kidney disease).
Tanda -tanda dan gejala yang biasa kita jumpai pada gagal ginjal yaitu : 
  • Bengkak mata
  • Kaki, nyeri pinggang hebat (colic).
  • Kencing sakit, 
  • Demam, 
  • Kencing sedikit dan sering
  • Kencing merah /darah
  • Kelainan Urin: Protein, Darah / Eritrosit, Sel Darah Putih / Lekosit, Bakteri.
  • Mual, muntah
  • Nafsu makan menurun
  • Sakit kepala, dan  lemah
Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension)
• Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)
• Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor, penyempitan/striktur)
• Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik
• Menderita penyakit kanker (cancer)
• Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada organ ginjal itu sendiri (polycystic kidney disease)
• Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh infeksi atau dampak dari penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya disebut sebagai glomerulonephritis. - See more at: http://www.g-excess.com/4007/pengertian-penyakit-gagal-ginjal-dan-pengobatanya/#sthash.Yc9SJyZL.dpuf



suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine. - See more at: http://www.g-excess.com/4007/pengertian-penyakit-gagal-ginjal-dan-pengobatanya/#sthash.Yc9SJyZL.dpuf
suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine. - See more at: http://www.g-excess.com/4007/pengertian-penyakit-gagal-ginjal-dan-pengobatanya/#sthash.Yc9SJyZL.dpuf
suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine. - See more at: http://www.g-excess.com/4007/pengertian-penyakit-gagal-ginjal-dan-pengobatanya/#sthash.Yc9SJyZL.dpuf

suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine. - See more at: http://www.g-excess.com/4007/pengertian-penyakit-gagal-ginjal-dan-pengobatanya/#sthash.Yc9SJyZL.dpuf

Mengenal lebih jauh penyaki maag (Gastritis)

Apa yang dimaksud dengan penyakit maag (Gastritis)?
Maag
 Maag (Gastritis) yaitu gejala penyakit yang menyerang lambung dikarenakan terjadi luka atau peradangan pada lambung yang menyebabkan sakit, mulas, dan perih pada perut atau suatu keadaan kesehatan dimana terjadi pembengkakan, peradangan atau iritasi pada lapisan lambung.

Secara umum  Maag (Gastritis) dapat dibagi menjadi 2 Yaitu 

  1. Maag (Gastritis) Akut yaitu penyakit maag akut adalah inflamasi (reaksi tubuh terhadap mikroorganisme dan benda asing yg ditandai oleh panas, bengkak, nyeri, dan gangguan fungsi organ tubuh) akut dari lambung, dan biasanya terbatas hanya pada muklosa. Penyakit maag akut dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya.
  2. Maag (Gastritis) Kronis yaitu lambung penderita penyakit maag kronis mungkin mengalami inflmasi (reaksi tubuh terhadap mikroorganisme dan benda asing yg ditandai oleh panas, bengkak, nyeri, dan gangguan fungsi organ tubuh) kronis dari tipe gangguan tertentu, yang menyebabkan gastritis dari tipe yang spesifik yaitu gastritis kronisa.
Penyebab  Penyakit Maag (Gastritis) :
  1.  Makan dengan pola yang tidak teratur.
  2.  Mengkonsumsi obat-obatan tertentu
  3. Mengkonsumsi alkohol
  4. Terdapat mikroorganisme tertentu.
  5.  Stress dan kelelahan.
  6. Kurang tidur
Gejala-gejala penyakit Maag (Gastritis)
  1. Perut Kembung
  2. Mual dan muntah
  3. Nyeri yang terasa perih pada perut dan dada (ulu hati)
  4. Sering sekali bersendawa
Pengobatan /mengatasi maag :
Prinsipnya adalah menetralisasi asam lambung yang berlebihan sehingga  tidak terjadi penumpukan asam lambung pada dinding lambung. Maag merupakan penyakit yang dapat kambuh apabila si penderita tidak makan teratur, terlalu banyak makan, atau sebab lainnya sehingga pencegahannya yakni dengan cara hindari makanan dan minuman yang dapat mengiritasi lambung seperti pedas, asam, alkohol, kafein, rokok, dan obat yang dosis tinggi, jangan telat makan, hindari makan yang terlalu banyak makanlah sedikit-sedikit tapi sering

Obat-obatan untuk sakit maag umumnya dimakan satu sampai dua jam sebelum atau sesudah makan. Adapun dengan tujuan obat dikonsumsi satu-dua jam sebelum makan yaitu untuk menetralisir asam lambung, karena pada saat tersebut penumpukkan asam lambung sudah sangat banyak dan didalam lambung penderita pasti telah terjadi luka-luka kecil yang apabila terkena asam akan terasa perih. 

Adapun beberapa obat-obatan yang sering dipakai untuk mengatasi serangan maag :
  1. Antasida  yaitu berguna untuk menetralisir asam lambung dan menghilangkan rasa nyeri
  2. Ranitidin yaitu berguna untuk mengobati tukak lambung
  3. Cimetidin yaitu berguna untuk mengobati dispepsia.
  4. Pompa Proton pencegah pertumbuhan bakteri yaitu berguna untuk menghentikan produksi asam lambung dan menghambat infeksi bakteri helicobacter pylori.
  5. Agen Cytoprotektif yaitu berguna untuk melindungi jaringan mukosa lambung dan usus halus
  6. Obat anti sekretorik yaitu berguna untuk mampu menekan sekresi asam.
  7. Pankreatin (Membantu pencernaan lemak, karbohidrat, protein dan mengatasi gangguan sakit pencernaan seperti perut kembung, mual, dan sering mengeluarkan gas).
Sumber : Dari beberapa sumber.

Semoga bermanfaat bagi semua pembaca.

Mengenal Penyakit Demam Tipus (Thypoid fever)


Kita sering sekali mendengar kalau anak/saudara/teman/ortu kalau demam tinggi dengan kondisi naik turun tempraturnya biasanya diduga demam berdarah atau tipus (Thypoid Fever).
Disini akan diuraikan sedikit mengenai demam Thypoid. 

Definisi
Demam tifoid (Typhus abdominalis, Typhoid fever, enteric fever) adalah penyakit infeksi sistemik akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam selama satu minggu atau lebih dengan disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran yang disebabkan infeksi salmonella thypi

Patofisiologi (perjalanan Penyakit).
Penularan Salmonella Thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yakni dikenal dengan 5 F yaitu : Food (makanan), Fingers (jari tangan), Fomitus (Muntah), Fly (lalat), dan Feces.

     Kuman Salmonella masuk bersama makanan/minuman. Setelah berada dalam usus halus kemudian mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus (teutama Plak Peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrose setempat, kuman lewat pembuluh limfe masuk ke aliran darah (terjadi bakteremi primer) menuju ke organ-organ terutama hati dan limfa. Kuman yang tidak difagosit akan berkembang biak dalam hati dan limfa sehingga organ tersebut membesar disertai nyeri pada perabaan.

    Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari) kuman kembali masuk dalam darah (bakteremi sekunder) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong di atas Plak Peyer. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Pada masa bakteremi ini, kuman mengeluarkan endotoksin yang mempunyai peran membantu proses peradangan lokal dimana kuman ini berkembang.

   Demam tifoid disebabkan karena Salmonella Typhosa dan endotoksinnya merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada jaringan yang meradang. Zat pirogen ini akan beredar dalam darah dan mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang menimbulkan gejala demam.

Tanda dan Gejala :

Masa inkubasi rata-rata 10-14 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodroma, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan tidak bersemangat.

Kemudian gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :
a.    Demam lebih dari 7 hari 
      Pada kasus tertentu, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu tidak seberapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga, suhu badan berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

b.   Gangguan saluran pencernaan
      Nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden), lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue, lidah tifoid), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen terjadi splenomegali dan hepatomegali dengan disertai nyeri tekan. Biasanya didapatkan kondisi konstipasi, kadang diare, mual, muntah, tapi kembung jarang.

c.  Gangguan kesadaran
   Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak seberapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.

d.  Terdapat roseola
pada punggung  
    Yaitu bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit. Biasanya ditemukan pada minggu pertama demam.

e.  Kambuh /Relaps  

    Yaitu berulangnya gejala penyakit tifus abdominalis, akan tetapi berlangsung ringan dan lebih singkat terjadi pada minggu kedua setelah suhu badan normal kembali. 
   Menurut teori relaps terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat zat anti. Mungkin terjadi pada waktu penyembuhan tukak, terjadi invasi basil bersamaan dengan pembentukan jaringan fibrosis.

f. Epitaksis (Mimisan/hidung berdarah)

g. Bradikardi (Nadi lambat/
berdenyutnya jantung kurang dari 60 kali per menit)

Penatalaksanaan dan pengobatan.
Trilogi Penatalaksanaan demam tipus (Thypoid Fever).
1. Perawatan.
  Istirahat dan perawatan profesional yang bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam /selama 14 hari. Tujuan untuk mencegah komplikasi perdarahan usus. Mobilisasi dilakukan bertahap sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
dalam perawatan yang harus diperhatikan adalah hygiene perseorangan, kebersiahan tempat tidur, pakaian dan peralatan yang dipakai pasien.

2. Diet.
  Diet yang sesuai cukup kalori dan tinggi protein. Diet pertama yang diberikan adalah bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Namun dari beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dan serat kasar) dapat diberikan dengan aman.

3. Obat-obatan. 
 Pemberian antibiotik yang dapat digunakan : Kloramfenikol, Ampisilin/amoksilin, Kotrimoksazol,sefalosporin (sesuai dengan anjuran dokter).

Demikian lah semoga bermanfaat bagi para pembaca. Saran dan masukan tentunya sangat kami harapkan untuk lebih memaksimalkan lagi artikel ini. salam hangat dari kami.
   


Tips agar tetap sehat dan bugar di saat sedang berpusa

Marhaban ya Ramadhan.....
Saat memasuki bulan Ramadan dan berpuasa, tubuh kita pun ikut menyesuaikan diri dengan kebiasaan saat berpuasa. Perubahan jadwal makan dan tidur awalnya tentu akan mengganggu keseimbangan tubuh kita. Dibawah ini adalah beberapa tips yang insyaAllah akan membantu kita semua agar tetap fit, berenergi dan bugar di saat puasa.

1. Makan sahur 
Makan Sahur

   Meski dalam keadaan mengantuk dan harus bangun di malam hari, namun makan sahur sangat penting untuk memberikan nutrisi yang cukup bagi anda selama berpuasa. Pengaturan makan dan minum pada saat puasa dimulai ketika sahur. Sahur menjadi penting karena pada saat sahur kita mempersiapkan makanan yang menjadi sumber energi selama puasa. 
   Sahur dianjurkan dilakukan di akhir waktu. Makanan yang dikonsumsi saat sahur tidak hanya sekadar praktis, tapi juga makanan bergizi, yang mengandung lima unsur zat gizi yaitu: protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Selain itu, pada saat sahur perlu mengkonsumsi makanan yang berserat yakni sayuran dan buah untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan. 
    Sebaiknya konsumsi air 8-10 gelas per hari termasuk susu, jus, dan kuah sup atau sayur agar tubuh kita tidak kekurangan cairan. Pembagiannya 5 gelas pada malam hari dan 3 gelas pada saat sahur. Setelah makan sahur dianjurkan tidak langsung tidur untuk memperlancar pencernaan.

2. Ikuti anjuran Rasul dengan aturan 1/3.
Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk mengonsumsi 1/3 makanan, 1/3 cairan, dan menyisakan 1/3 ruang untuk udara. 
Berhentilah sebelum Kekenyangan

3. Batasi asupan lemak

   Batasi makanan lemak saat berbuka puasa. Saat berbuka kemungkinan besar Anda akan langsung makan tanpa memikirkan kadar lemak yang dikandung makanan tersebut. Makanan manis seperti kurma sangat cocok untuk menambah energi saat awal berbuka puasa.

4. Konsumsi sayur dan buah-buahan
Sayuran Dan Buahan

    Buah-buahan segar banyak dijual selama puasa dan waktu berbuka. Jangan lewatkan kesempatan ini. Pastikan Anda juga mengonsumsi buah-buahan yang kaya vitamin.
Buah-buahan adalah salah satu jenis makanan yang memiliki kandungan gizi, vitamin dan mineral yang pada umumnya sangat baik untuk dikonsumsi. Ketika berbuka puasa meneguk segelas jus buah yang mampu meningkatkan kadar gula sehingga tubuh kembali bertenaga. Ada banyak buah-buahan yang dianjurkan untuk dikonsumsi bagi orang yang berpuasa, pertama ialah kurma.

    Kurma merupakan makanan paling kaya kandungan gula glukosanya. Kurma mengandung sejumlah besar gula, berkisar antara 75–87%. Sekitar 55% gula dalam kurma berbentuk glukosa, sedangkan 45% lagi membentuk fruktosa. Selain itu, ia mengandung sejumlah protein, lemak, dan beberapa vitamin, antara lain: vitamin A, B2, B12. Tak ketinggalan pula, kurma mengandung beberapa mineral, terutama kalsium, fosfor, potassium, sulfat, sodium, magnesium, cobalt, zinc, florin, kuningan, manganese, serta sejumlah selulosa. Dengan sangat cepat, glukosa dalam kurma yang disantap saat berbuka akan berubah menjadi fructose, lalu langsung diserap melalui sistem pencernaan untuk menyirami dahaga tubuh akan energi. Khususnya jaringan-jaringan yang secara esensial bergantung pada pasokan tinggi energi, seperti: sel-sel otak, sel-sel saraf, sel-sel darah merah dan sel-sel tulang belakang.

     Lalu buah-buahan apa lagi yang dianjurkan hadir dalam menu saat sahur dan berbuka. Berikut ini daftar nama buah-buahan yang bisa anda sediakan menurut saran Samuel. Pepaya. Buah tropis satu ini mengandung vitamin C dan provitamin A yang dapat membantu memecah serat makanan dalam sistem pencernaan dan membuat lancar saluran pencernaan makanan. Bagi mereka yang berpuasa, buang air besar akan tetap lancar. Pisang. Buah ini mengandung vitamin A, B1, B2 dan C yang dapat membantu mengurangi asam lambung. Pisang cocok bagi orang yang berpuasa karena bisa membantu menjaga keseimbangan air dalam tubuh. Mangga. Inilah satu lagu buah yang mudah diperoleh di tanah air, mengandung vitamin A, E dan C yang dapat membersihkan darah. Bagi orang yang berpuasa, jus buah dapat dapat mengurangi dehidrasi. Namun sebaiknya berhati-bati bagi yang memiliki lambung sensitif.

Pilihlah buah mangga matang alih-alih yang masih muda dan berasa masam. Srawberry. Buah imut berwarna merah yang kaya vitamin A, vitamin B1, B dan C serta antioksidan, bagus untuk melawan zat radikal bebas. Sehingga daya tahan tubuh orang yang berpuasa tetap terjaga dari virus. Apel. Dari dulu manfaat buah ini memang sudah dikenal. Tak heran bila di Barat pun muncul slogan "One Apple a day, tak your doktor away'. Mengandung vitamin A, B dan C, apel dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah, mengatasi masalah nafsu makan yang terlalu besar. Jeruk. Buah identik dengan warna oranye ini mengandung vitamin A, B1, B2 dan C serta antikanker bagi tubuh. Jeruk juga dapat merangsang kekebalan tubuh, membersihkan lender ditenggorokan, rongga hidung akibat influenza.


5. Berjalan setelah berbuka puasa
Jalan Kaki
Jalan Kaki

Setelah berbuka dan kekenyangan kebanyakan orang akan merasa malas dan mengantuk Untuk menyiasati hal ini, Anda bisa berjalan-jalan di sekitar rumah Anda setelah berbuka. Tak perlu terlalu jauh. Dengan berjalan dan merasakan perubahan suasana puasa akan membangkitkan kesegaran tubuh Anda, sehingga Anda tak malas untuk melakukan kegiatan selanjutnya.


6. Sholat tarawih
Selain sebagai bentuk ibadah, sholat tarawih juga memiliki manfaat kesehatan. Ketika melakukan sholat tarawih, tubuh Anda melakukan banyak gerakan. Ini akan membuat tubuh tetap segar dan aktif. Selain itu, sholat tarawih juga bisa meningkatkan konsentrasi, stamina, serta menjalin silaturahmi.

7. Sempatkan tidur siang singkat
Para ahli menyatakan bahwa tidur siang tak harus dalam waktu yang lama. Sekitar 15 menit tidur siang sudah cukup untuk membuat tubuh Anda segar kembali. Carilah empat yang tenang dan sempatkan diri Anda untuk tidur siang. Ini baik untuk mengganti jam tidur yang kurang di malam hari.

Semoga Bermanfaat dan tentunya tetap bugar dan berenergi walaupun sedang berpuasa!!!

Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Apa yang dimaksud dengan ISPA ?
   Istilah ISPA yang merupakan singkatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam Lokakarya Nasional ISPA di Cipanas. Istilah ini merupakan padanan istilah Inggris Accute Respiratory Infections disingkat ARI. Dalam lokakarya ISPA I tersebut ada dua pendapat, pendapat pertama memilih istilah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) dan pendapat kedua memilih istilah ISNA (Infeksi Saluran Nafas Akut). Pada akhir lokakarya diputuskan untuk memilih ISPA dan istilah ini pula yang dipakai hingga sekarang (Depkes RI, 1996). 

Istilah ISPA mengandung tiga unsur, yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut. Pengertian atau batasan masing-masing unsur adalah sebagai berikut:
  1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuhmanusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
  2. Saluran pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Dengan demikian ISPA secara otomatis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini maka jaringan paru-paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract).
  3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari ini. Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongakan ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Depkes RI, 1996:3). Pneumonia adalah proses akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronkus.
Etiologi ISPA
    Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.

Klasifikasi ISPA
Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun.
a. Golongan Umur Kurang 2 Bulan
  1. Pneumonia Berat, bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 6x permenit atau lebih.
  2. Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat. “ Tanda Bahaya” untuk golongan umur kurang 2 bulan, yaitu:
  1. Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari ½ volume yang biasa diminum)
  2. Kejang
  3. Kesadaran menurun
  4. Stridor
  5. Wheezing
  6. Demam/ dingin.
b. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun 
  1. Pneumonia Berat,bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak menangis atau meronta).
  2. Pneumonia Sedang, bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:
         1) Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih
         2) Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.


c. Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
“ Tanda Bahaya “ untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun yaitu:
  1. Tidak bisa minum
  2. Kejang
  3. Kesadaran menurun
  4. Stridor
  5. Gizi buruk (Depkes RI, 1996:5).
Gejala ISPA 
a. Gejala dari ISPA Ringan
    Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
  1. Batuk
  2. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal pada waktu berbicara atau menangis).
  3. Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.
  4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi anak diraba.
b. Gejala dari ISPA Sedang
    Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
  1. Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih. Cara menghitung pernafasan ialah dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit. Untuk menghitung dapat digunakan arloji.
  2. Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).
  3. Tenggorokan berwarna merah.
  4. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.
  5. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
  6. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
  7. Pernafasan berbunyi menciut-ciut.
c. Gejala dari ISPA Berat
   Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
  1. Bibir atau kulit membiru.
  2. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas.
  3. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
  4. Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak gelisah.
  5. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.
  6. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
  7. Tenggorokan berwarna merah.
d. Penularan ISPA
    Kuman penyakit ISPA ditularkan dari penderita ke orang lain melalui udara pernapasan atau percikan ludah penderita. Pada prinsipnya kuman ISPA yang ada di udara terhisap oleh pejamu baru dan masuk ke seluruh saluran pernafasan. Dari saluran pernafasan kuman menyebar ke seluruh tubuh apabila orang yang terinfeksi ini rentan, maka ia akan terkena ISPA (Depkes RI, 1996:6).

2.1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ISPA
2.1.6.1 Status Gizi
        Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi (I Dewa Nyoman Supariasa, Bachsyar Bakri dan Ibnu Fajar, 2002:17).
Fungsi zat gizi antara lain sebagai berikut:
  1. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan, terutama bagi yang masih dalam pertumbuhan
  2. Memperoleh energi guna melakukan aktivitas fisik sehari-hari
  3. Mengganti sel-sel yang rusak dan sebagai zat pelindung dalam tubuh (dengan cara menjaga keseimbangan cairan tubuh)
  4. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit sebagai zat anti oksidan (Kertasapoetra, Marsetyo, Med, 2001:1).
    Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan berbagai faktor antara lain umur, jenis kelamin dan macam pekerjaan. Masukan zat gizi yang berasal dari makanan yang dimakan setiap hari harus dapat memenuhi kebutuhan tubuh karena konsumsi makanan sangat berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi yang baik terjadi bila tubuh memperoleh asupan zat gizi yang cukup sehingga dapat digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan kecerdasan, produktivitas kerja serta daya tahan tubuh terhadap infeksi secara optimal (Sjahmien Moehji, 2000:14).
    Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (I Dewa Nyoman Supariasa, Bachsyar Bakri dan Ibnu Fajar, 2002:18).Penelitian yang dilakukan oleh Chandra pada tahun 1979 menunjukkan bahwa kekurangan gizi akan meningkatkan kerentanan dan beratnya infeksi suatu penyakit.
    Penelitian lain yang dilakukan oleh Pio dkk (1985) menunjukkan adanya hubungan antara kekurangan zat gizi dan ISPA karena kekurangan gizi akan cenderung menurunkan daya tahan balita terhadap serangan penyakit. Penelitian di Cikutra Bandung yang dilakukan oleh Kartasasmitha pada tahun 1993 juga menunjukkan kecenderungan kenaikan prevalensi dan insidensi pada anak dengan gizi kurang (Dinkes, 2001:9).

2.1.6.2 Pemberian ASI Eksklusif
        ASI adalah suatu komponen yang paling utama bagi ibu dalam memberikan pemeliharaan yang baik terhadap bayinya, untuk memenuhi pertumbuhan dan perkembangan psikososialnya. Karena sesuatu yang baik tidaklah harus mahal bahkan bisa sebaliknya, terbaik dan termurah yaitu ASI. Karena ASI bisa membuat anak lebih sehat, tapi juga cerdas dan lebih menyesuaikan diri dengan lingkungan (Depkes RI, 2001:15). Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya lewat ari-arinya. Tubuh bayi dapat membuat sistem kekebalan tubuh sendiri waktu berusia sekitar 9-12 bulan.
         Sistem imun bawaan pada bayi menurun namun sistem imun yang dibentuk oleh bayi itu sendiri belum bisa mencukupi sehingga dapat mengakibatkan adanya kesenjangan zat kekebalan pada bayi dan hal ini akan hilang atau berkurang bila bayi diberi ASI. Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang. Zat ASI. Kolostrum kekebalan pada ASI dapat melindungi bayi dari penyakit mencret atau diare, ASI juga menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi, telinga, batuk, pilek, dan penyakit alergi. Dan pada kenyataannya bayi yang diberi ASI eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif (Depkes RI, 2001:18).
       Penelitian yang dilaksanakan oleh Pisacane membuktikan bahwa pemberian ASI memberikan efek yang tinggi terhadap ISPA. Sedang penelitian yang dilakukan oleh Shah juga menunjukkan bahwa ASI mengandung bahan-bahan dan anti infeksi yang penting dalam mencegah invasi saluran pernapasan oleh bakteri dan virus. Walaupun balita sudah mendapat ASI lebih dari 4 bulan namun bila status gizi dan lingkungan kurang mendukung dapat merupakan risiko penyebab pneumonia bayi (Dinkes, 2001:9).

2.1.6.3 Umur

      ISPA dapat menyerang semua manusia baik pria maupun wanita pada semua tingkat usia, terutama pada usia kurang dari 5 tahun karena daya tahan tubuh balita lebih rendah dari orang dewasa sehingga mudah menderita ISPA. Umur diduga terkait dengan sistem kekebalan tubuhnya. Bayi dan balita merupakan kelompok yang kekebalan tubuhnya belum sempurna, sehingga masih TOTO rentan terhadap berbagai penyakit infeksi. Hal senada dikemukakan oleh Suwendra (1988), bahkan semakin muda usia anak makin sering mendapat serangan ISPA.

2.1.6.4 Kelengkapan Imunisasi
         Ada dua jenis imunisasi, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. Pemberian imunisasi pada anak biasanya dilakukan dengan cara imunisasi aktif, karena imunisasi aktif akan memberi kekebalan yang lebih lama. Imunisasi pasif diberikan hanya dalam keadaan yang sangat mendesak, yaitu bila diduga tubuh ganas. Perbedaan yang penting antara jenis imunisasi aktif dan imunisasi pasif adalah:
  1. Untuk memperoleh kekebalan yang cukup, jumlah zat anti dalam tubuh harus meningkat; pada imunisasi aktif diperlukan waktu yang agak lebih lama untuk membuat zat anti  itu dibandingkan dengan imunisasi pasif.
  2. Kekebalan yang terdapat pada imunisasi aktif bertahan lama (bertahun-tahun) sedangkan pada imunisasi pasif hanya berlangsung untuk beberapa bulan. Sesuai dengan program pemerintah (Departemen Kesehatan) tentang Program Pengembangan Imunisasi (FPI), maka anak diharuskan mendapat perlindungan terhadap 7 jenis penyakit utama, yaitu penyakit TBC (dengan
  3. Pemberian vaksin BCG), difteria, tetanus, batuk rejan, poliomielitis, campak danhepatitis B. Imunisasi lain yang dianjurkan di Indonesia pada saat ini adalah terhadap penyakit gondong dan campak Jerman (dengan pemberian vaksin MMR), tifus, radang selaput otak oleh kuman Haemophilus influenzae tipe B (Hib), hepatitis A, cacar air dan rabies (Markum, 2002:15).
Jenis-jenis imunisasi wajib:
1) Vaksin BCG
   Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup. Jenis kuman ini telah dilemahkan.
2) Vaksin DPT
   Manfaat pemberian imunisasi ini ialah untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteria, pertusis (batuk rejan) dan tetanus.
3) Vaksin DT (Difteria, Tetanus)
    Vaksin ini dibuat untuk keperluan khusus yaitu bila anak sudah tidak diperbolehkan atau tidak lagi memerlukan imunisasi pertusis, tapi masih memerlukan imunisasi difteria dan tetanus.
4) Vaksin Tetanus
    Terhadap penyakit tetanus, dikenal 2 jenis imunisasi yaitu imunisasi aktif danimunisasi pasif. Vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah toksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan.
5) Vaksin Poliomielitis
    Imunisasi diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit poliomielitis. Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masing mengandung virus polio tipe I, II, dan III yaitu:
  1. Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II, dan III yang sudah dimatikan (vaksin Salk),     cara pemberiannya dengan penyuntikan
  2. Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II, dan III yang masih hidup tetapi telah dilemahkan (vaksin Sabin), cara pemberiannya melalui mulut dalam bentuk pil atau cairan.
  3. Vaksin Campak
  4. Imunisasi diberikan untuk mendapat kekebalan tehadap penyakit campak secara aktif.
  5. 7) Vaksin Hepatitis B
    Vaksinasi dimaksudkan untuk mendapat kekebalan aktif terhadap penyakit Hepatitis B. Penyakit ini dalam istilah sehari-hari lebih dikenal sebagai penyakit lever. Hasil penelitian yang berhubungan dengan status imunisasi menunjukkan bahwa ada kaitan antara penderita pneumonia yang mendapatkan imunisasi tidak lengkap dan lengkap, dan bermakna secara statistis. 

Menurut penelitian yang dilakukan Tupasi (1985) menyebutkan bahwa ketidakpatuhan imunisasi berhubungan dengan peningkatan penderita ISPA. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sievert pada tahun 1993 menyebutkan bahwa imunisasi yang lengkap dapat memberikan peranan yang cukup berarti mencegah kejadian ISPA (Dinkes RI)
2.1.6.5 Jenis Kelamin
        Selama masa anak-anak, laki-laki dan perempuan mempunyai kebutuhan energi dan gizi yang hampir sama. Kebutuhan gizi untuk usia 10 tahun pertama adalah sama, sehingga diasumsikan kerentanan terhadap masalah gizi dan konsekuensi kesehatannya akan sama pula. 
        Sesungguhnya, anak perempuan mempunyai keuntungan biologis dan pada lingkungan yang optimal mempunyai keuntungan yang diperkirakan sebesar 0,15-1 kali lebih di atas anak laki-laki dalam hal tingkat kematian (Merge Koblinsky dkk, 1997:96). 
Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2002-2003 mencatat bahwa anak balita yang mempunyai gejala-gejala pneumonia dalam dua bulan survey pendahuluan sebesar 7,7% dari jumlah balita yang ada (14.510) adalah anak balita laki-laki. Sedangkan jumlah balita perempuan yang mempunyai gejala-gejala pneumonia sebesar 7,4% (Statistic Indonesia, et al 2003:148).

2.1.6.6 Pemberian Vitamin A
          Masing-masing vitamin dibutuhkan badan dalam jumlah tertentu. Terlalu banyak maupun terlalu sedikit vitamin yang tersedia bagi badan memberikan tingkat kesehatan yang kurang. Bila terlalu banyak vitamin dikonsumsi akan terjadi gejala-gejala yang merugikan dan kondisi demikian disebut hypervitaminosis. Sebaliknya, bila konsumsi vitamin tidak memenuhi kebutuhan maka juga akan terjadi gejala-gejala yang merugikan. 
         Bila kadar vitamin di dalam darah sudah menurun, tetapi belum memberikan gejala-gejala klinik yang jelas disebut hypovitaminosis, sedangkan bila sudah tampak gejala-gejala klinik disebut avitaminosis. Di Indonesia, yang masih merupakan problema defisiensi pada skala nasional ialah untuk vitamin A (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000:108).

       Kekurangan vitamin A terutama terjadi pada anak-anak balita (Sunita Almatsier, 2004:163). Kekurangan vitamin A (KVA) menghalangi fungsi sel-sel kelenjar sehingga kulit menjadi kering, kasar dan luka sukar sembuh. Membran mukosa tidak dapat mengeluarkan cairan mukus dengan sempurna sehingga mudah terserang bakteri (infeksi). Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh manusia (Sunita Almatsier, 2004:159). Pada KVA, fungsi kekebalan tubuh menurun sehingga mudah terserang infeksi. Lapisan sel yang menutupi trakea dan paru-paru mengalami keratinisasi, tidak mengeluarkan lendir sehingga mudah dimasuki mikroorganisme atau virus dan menyebabkan infeksi saluran pernafasan (Sunita Almatsier, 2004:166).

2.1.6.7 Kepadatan Hunian

         Pemanfaatan atau penggunaan rumah perlu sekali diperhatikan. Banyak rumah yang secara teknis memenuhi syarat kesehatan, tetapi apabila penggunaannya tidak sesuai dengan peruntukannya, maka dapat terjadi gangguan kesehatan. Misalnya rumah yang dibangun untuk dihuni oleh empat orang tidak jarang dihuni oleh lebih dari semestinya. Hal ini sering dijumpai, karena biasanya pendapatan keluarga itu berbanding terbalik dengan jumlah anak atau anggota keluarga. Dengan demikian keluarga yang besar seringkali hanya mampu membeli rumah yang kecil dan sebaliknya. Hal ini sering tidak mendapat perhatian dan terus membangun rumah menjadi sangat sederhana dan sangat kecil bagi yang kurang mampu (Juli Soemirat, 2000:144).
        Mikroba tak dapat bertahan lama di dalam udara. Keberadaannya di udara tak bebas dimungkinkan karena aliran udara tidak terlalu besar. Oleh karena itu, mikroba dapat berada di udara relatif lama. Dengan demikian kemungkinan untuk memasuki tubuh semakin besar. Hal ini dibantu pula oleh taraf kepadatanpenghuni ruangan, sehingga penularan penyakit infeksi lewat udara sebagian besar terlaksana lewat udara tak bebas (Juli Soemirat, 2000:71).
      Kepadatan penghuni merupakan luas lantai dalam rumah dibagi dengan jumlah anggota keluarga penghuni tersebut. Berdasarkan Dir. Higiene dan Sanitasi Depkes RI, 1993 maka kepadatan penghuni dikategorikan menjadi memenuhi standar (2 orang per 8 m2) dan kepadatan tinggi yaitu lebih 2 orang per 8 m2 dengan ketentuan anak <1 tahun tidak diperhitungkan dan umur 1-10 tahun dihitung setengah (Mukono, 2000:156). 
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, luas ruang tidur minimal 8 meter, dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah umur 5 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Victoria pada tahun 1993 menyatakan bahwa makin meningkat jumlah orang per kamar akan meningkatkan kejadian ISPA. Semakin banyak penghuni rumah berkumpul dalam suatu ruangan kemungkinan mendapatkan risiko untuk terjadinya penularan penyakit akan lebih mudah, khususnya bayi yang relatif rentan terhadap penularan penyakit (Dinkes RI,2001:11).

2.1.6.8 Ventilasi
   Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai. Pertukaran hawa (ventilasi) yaitu proses penyediaan udara segar dan pengeluaran udara kotor secara alamiah atau mekanis harus cukup. Berdasarkan peraturan bangunan Nasional, lubang hawa suatu bangunan harus memenuhi aturan sebagai berikut:
  1. Luas bersih dari jendela/ lubang hawa sekurang-kurangnya 1/10 dari luas lantai ruangan.
  2. Jendela/ lubang hawa harus meluas ke arah atas sampai setinggi minimal 1,95 m dari permukaan lantai.
  3. Adanya lubang hawa yang berlokasi di bawah langit-langit sekurangkurangnya 0,35% luas lantai yang bersangkutan (Mukono, 2000:156).
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Yang pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah yangberarti kadar CO2 yang bersifat racun akan meningkat . 
Tidak cukupnya ventilasi juga akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit). Fungsi kedua dari ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena terjadi aliran udara yang terus menerus. Fungsi lain adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap di dalam kelembaban yang optimum (Soekidjo Notoatmodjo, 1997:150).

2.1.6.9 Jenis Lantai
          Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lubis (1985), jenis lantai setengah plester dan tanah akan banyak mempengaruhi kelembaban rumah. Dan hasil pengukuran kelembaban yang dilakukan oleh Harijanto (1997) menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kejadian pneumonia bayi yang bertempat tinggal di rumah yang berkelembaban memenuhi syarat (kurang 60%) dan tidak memenuhi syarat (60%). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, lantai rumah harus kedap air dan mudah dibersihkan. 

Seperti diketahui bahwa lantai yang tidak rapat air dan tidak didukung dengan ventilasi yang baik dapat menimbulkan peningkatan kelembaban dan kepengapan yang akan memudahkan penularan penyakit (Dinkes RI, 2001:12).

2.1.6.10 Kepemilikan Lubang Asap
Pembakaran yang terjadi di dapur rumah merupakan aktivitas manusia yang menjadi sumber pengotoran atau pencemaran udara. Pengaruh terhadap kesehatan akan tampak apabila kadar zat pengotor meningkat sedemikian rupa sehingga timbul penyakit. Pengaruh zat kimia ini pertama-tama akan ditemukan pada sistem pernafasan dan kulit serta selaput lendir, selanjutnya apabila zat pencemar dapat memasuki peredaran darah, maka efek sistemik tak dapat dihindari (Juli Soemirat, 2000:55).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, dapur yangsehat harus memiliki lubang asap dapur. Di perkotaan, dapur sudah dilengkapi dengan penghisap asap. Lubang asap dapur menjadi penting artinya karena asap dapat mempunyai dampak terhadap kesehatan manusia terutama penghuni di dalam rumah atau masyarakat pada umumnya (Dinkes Prov. Jateng, 2005:3).
Lubang asap dapur yang tidak memenuhi persyaratan menyebabkan:
1) gangguan terhadap pernapasan dan mungkin dapat merusak alat-alatpernapasan
2) lingkungan rumah menjadi kotor
3) gangguan terhadap penglihatan/ mata menjadi pedih. Dapur tanpa lubang asap relatif akan menimbulkan banyak polusi asap ke dalam rumah yang dapurnya menyatu dengan rumah dan kondisi ini akan berpengaruh terhadap kejadian pneumonia balita, seperti hasil penelitian Lubis (1990) yang membuktikan adanya hubungan terhadap kejadian ISPA di rumah yang banyak mendapatkan polusi asap dapur dan tidak.
2.1.6.11 Jenis Bahan Bakar Masak
Aktivitas manusia berperan dalam penyebaran partikel udara yang berbentuk partikel-partikel kecil padatan dan droplet cairan, misalnya dalam bentuk asap dari proses pembakaran di dapur, terutama dari batu arang. Partikel dari pembakaran di dapur biasanya berukuran diameter di antara 1-10 mikron. Polutan partikel masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui sistem pernafasan, oleh karena itu pengaruh yang merugikan langsung terutama terjadi pada sistem pernafasan (Srikandi Fardiaz, 1992:137-138). Jenis bahan bakar yang digunakan untuk memasak jelas akan mempengaruhi polusi asap dapur ke dalam rumah yang dapurnya menyatu dengan rumah dan jenis bahan bakar minyak relatif lebih kecil resiko menimbulkan asap daripada kayu bakar.
2.1.6.12 Keberadaan Anggota Keluarga Yang Merokok
      Polusi udara oleh CO terjadi selama merokok. Asap rokok mengandung CO dengan konsentrasi lebih dari 20.000 ppm selama dihisap. Konsentrasi tersebut terencerkan menjadi 400-500 ppm. Konsentrasi CO yang tinggi di dalam asap rokok yang terisap mengakibatkan kadar COHb di dalam darah meningkat. Selain berbahaya terhadap orang yang merokok, adanya asap rokok yang mengandung CO juga berbahaya bagi orang yang berada di sekitarnya karena asapnya dapat terisap (Srikandi Fardiaz, 1992:101). Semakin banyak jumlah rokok yang dihisap oleh keluarga semakin besar memberikan resiko terhadap kejadian ISPA, khususnya apabila merokok dilakukan oleh ibu bayi (Dinkes RI, 2001:12).

2.1.6.13 Keberadaan Anggota Keluarga yang Menderita ISPA
           ISPA disebabkan oleh bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofilus dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenivirus, Pikornavirus, Mikoplasma dan lain-lain. Kuman penyakit ISPA ditularkan dari penderita ke orang lain melalui udara pernapasan atau percikan ludah penderita. Pada prinsipnya kuman ISPA yang ada di udara terhisap oleh pejamu baru dan masuk ke seluruh saluran pernafasan. Dari saluran pernafasan kuman menyebar ke seluruh tubuh apabila orang yang terinfeksi ini rentan, maka ia akan terkena ISPA

Pencegahan dan penatalaksanaan pada Bayi Berat Badan Lahir Normal (BBLR)

Apakah yang dimaksud dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)? 
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Bayi
 Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 
      Ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499). Bayi lahir rendah mungkin prematur (kurang bulan), mungkin juga cukup bulan (dismatur) (Saifuddin, 2006). 
    Pada tahun 1961, WHO mengganti istilah bayi prematur dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi prematur (Winkjosastro, 2006).

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tampa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir (Prawirohardjo, 2006).

Bayi lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembanga selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi (Anonim, 2006).

Menurut Badriul (2009) Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan. BBLR dibedakan menjadi dua bagian: pertama BBLR sangat rendah bila berat lahir kurang dari 1500 gram, dan kedua BBLR bila berat lahir antara 1501- 2499 gram.

Etiologi
Menurut Winkjosastro (2006), faktor-faktor yang dapat menyebabkan  terjadinya BBLR, yaitu antara lain:
a.    Faktor Ibu
  1. Hipertensi
  2. Perokok
  3. Gizi buruk
  4. Riwayat kelahiran Prematur sebelumnya
  5. Pendarahan antepartum
  6. Malnutrisi
  7. Hidraminon
  8. Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
  9. Jarak dua kehamilan yang terlalu dekat
  10. Infeksi dan trauma
b.    Faktor Janin
  1. Kehamilan ganda
  2. Kelainan kromosom
  3. Cacat bawaan
  4. Infeksi dalam kandungan
  5. Hidramnion
  6. Ketuban pecah dini
c.    Keadaan sosial ekonomi yang rendah
d.    Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan, merokok

Bentuk Klinik

Menurut Saifuddin (2006), bentuk klinik dari BBLR adalah:
a.    Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram
b.    Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram
c.    Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram

Gambaran klinik
      Tampak luar dan tingkah laku bayi prematur tergantung dari tuanya umur kehamilan. Makin muda umur kehamilan mangkin jelas tanda-tanda immaturitas. Karakteristik untuk bayi prematur adalah berat badan lahir sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, umur kehamilan kurang dari 37 minggu, kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, lanugonya banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus, tangisnya lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur dan sering timbul apnea. Refleks tonik-leher lemah dan refleks moro positif, daya isap lemah, kulit mengkilatdan licin (Winkjosastro, 2006).

Diagnosis
Menurut Mochtar (1998), diagnosis BBLR yaitu:
a.    Sebelum Bayi Lahir
  1. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan  Lahir mati.
  2. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
  3. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilan sudah angka lanjut.    
  4. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya
  5. Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula dengan Hidramnion, hipermisis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan pendarahan Antepartum.
b.    Setelah Bayi Lahir
  1. Secara klasik tampak seprti bayi yang kelaparan, tanda-tanda bayi ny tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, kulit tipis dan kering.
  2. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang tengkorak lunak, mudah bergerak dan menangis lemah.
  3. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya karena itu sangat peka terhadap gangguan pernapasan, infeksi, trauma kelahiran, hipotermi dan sebagainya.
Komplikasi
     Alat tubuh bayi lebih banyak kesulitan untuk hidup diluar uterus. Dalam hubungan ini sebagian besar kehamilan perinatal terdapat bayi-bayi BBLR (Prawirohardjo, 2006).
Komplikasi yang mungkin terjadi bila bayi lahir dengan BBLR tidak segera ditangani maka sering menjadi masalah yang berat, misalnya kesukaran bernapas, kesukaran pemberian minum, ikterus berat, hipotermi dan infeksi (Saifuddin, 2006).
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain:
  1. Hipotermia
  2. Hipoglikemia
  3. Gangguan cairan dan elektrolit
  4. Hiperbilirubinemia
  5. Sindraoma gawat nafas
  6. Paten duktus arteriosus
  7. Infeksi
  8. Pendarahan intraventrikuler
Dan masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) antara lain:
  1. Gangguan perkembangan
  2. Gangguan pertumbuhan
  3. Gangguan penglihatan (Retinopati)
  4. Gangguan pendengaran
  5. Penyakit paru kronis
  6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
  7. Kenaikan frekuensi bawaan
Prognosis
      Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi makin (makin muda masa gestasi bayi tinggi angka kematian), afiksia/iskemia otok, sindroma gangguan pernapasan, perdarahan interaventrikuler, displasia bronkopulmonia, retrolental fibroplasias, infeksi, gangguan metabolik (asidosis hipoglikemia, hiperbilubinemia) kadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dll) (Winkjosaatro, 2006).

Pencegahan
Menurut Manuaba (2006), dengan mengetahui berbagai faktor penyebab berat badan lahir rendah dapat dipertimbangkan langkah pencegahan dengan cara:
  1. Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur.
  2. Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan persalinan preterm
  3. Memberi nasehat tentang :
  • Gizi saat hamil
  • Meningkatkan pengertian keluarga berencana internal
  • Memperhatikan tentang berbagai kelainan yang timbul dan segera melakukan konsultasi.
  • Menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan sehingga secara dini penyakit ibu dapat diketahui dan diawasi/diobati
Menurut Erlina (2008), pada kasus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Mencegah/preventif adalah langkah yang penting. Dan hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya:
  1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
  2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatanya dan janin dalam kandunganya dengan baik.
  3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinanya pada kurun waktu reproduksi sehat (20-34 tahun).
  4. Perlu dukungan sektor lain yang terikat untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
Penatalaksanaan
    Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup diluar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi (Winkjosastro, 2006).
a.    Mempertahankan Suhu
     Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di lingkungan dingin. Bila bayi dirawat di dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35°C dan untuk bayi berat badan 2-2,5 kg 34°C agar ia dapat mempertahankan suhu tubu sekitar 37°C suhu inkubator  dapat diturukan 1°C perminggu untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg secara berangsur-angsur ia dapat diletakan didalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27°C-29°C. Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat di sekitar atau dengan memasang lampu petromaks didekatkan pada tempat tidur bayi. Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok. Hal ini penting untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, tingkah laku, pernapasan dan kejang (Winkjosastro, 2006).

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) mengalami hipotermi, sebab itu suhu  tubuhnya harus di pertahankan dengan ketat (Sarwono, 2006)

       Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Setelah lahir adalah mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, dan juga sangat rentan terjadinya hiportermi, karena tipisnya cadangan lemak dibawah kulit dan masih belum matangnya pusat pengaturan panas di otak, untuk itu BBLR harus selalu dijaga kehangatanya. Cara paling efektif mempertahakan suhu tubuh normal adalah sering memeluk dan mengendong bayi. 
     Ada suatu cara yang disebut metode kangguru atau atau perawatan bayi lekat, yaitu bayi selalu didekat ibu atau orang lain dengan kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu. Cara lain, bayi jangan segera dimandikan sebelum enam jam BBLR (Kosim, 2007).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) mudah dan cepat mengalami hipotermi, kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi relativ lebih luas dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak, dan kekurangan lemak coklat (brown fat) ( Koswara, 2009).

      Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas dan menjadi hipotermi, karena pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan relativ luas oleh karena itu bayi prematur harus dirawat di dalam indikator sehingga badanya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam indikator maka suhu bayi dengan berat badan, 2 kg adalah 35 °C dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 °C. Bila indikator tidak ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya diletakan botol yang berisi air panas, sehingga panas badanya dapat dipertahankan. (Muhammad, 2008).

b.  Penimbangan Berat Badan
    Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya dan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Pada umunya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat mengisap air susu ibu dan bayi dengan berat kurang 1500 gram bayi diberi minum melalui sonde. Sesudah 5 hari bayi lahir dicoba menyusu pada ibunya, bila daya isap cukup baik maka pemberian air susu ibu diteruskan (Winkjosastro, 2006).

c.   Makanan bayi
     Pada bayi prematur refleks isap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang di samping itu kebutuhan protein 3-5 gr perhari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik-baiknya. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur tiga jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia pada umumnya bayi dengan berat badan lahir 2000 gram agar lebih dapat mengisap air susu ibu dan bayi dengan berat kurang 1500 gram diberi minum melalui sonde. Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada ibunya, bila daya isap cukup baik maka pemberian air susu diteruskan (Winkjosastro, 2006).

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) reflek menelan belum sempurna oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cepat (Sarwono, 2006).

    Alat pencernaan bayi masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 5 gram/kg/BB, dan kalori 110 kal/kg/BB. Sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minuman bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian minuman sebaiknya  sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi lebih sering. 
    ASI merupakan makanan yang paling penting sehinga ASI yang paling penting diberikan lebih dahulu, bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde lambung menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kg/BB/hari, dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg/BB/hari  (Ahyani, 2006).

     Pertumbuhan juga harus ada cadangan kalori untuk mengejar ketinggalan beratnya. Minuman utama dan pertama adalah Air Susu Ibu (ASI) yang sudah tidak diragukan lagi keutungan atau kelebihanya. Disarankan Bayi menyusu ASI ibunya sendiri, terutama untuk bayi prematur. ASI ibu memang cocok untuknya, karena didalamnya  terkandung  kalori  dan protein tinggi serta elektrolit minimal, Refleks menghisap dan menelan BBLR biasanya masih sanggat lemah, untuk itu diperlukan pemberian ASI peras yang disendokan kemulutnya atau bila sangat terpaksa dengan pipa lambung. 

     Susu formula khusus BBLR, bisa diberikan bila ASI tidak dapat diberikan karena berbagai sebab. Kekurangan minum pada BBLR akan mengakibatkan ikterus atau bayi kuning (Badriul, 2009).
Berat badan rata-rata 2500-4000 gram  kurang dari 2500 gram menunjukan kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberikan infus. Beri minum dengan tetes ASI/sonde karena reflek menelan BBLR belum sempurna, kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150 ml/kg BB/ hari. (Muhammad, 2008).

d.   Mencegah Infeksi
    Bayi berat lahir rendah mudah sekali terkena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuaan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna, oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR), dengan demikan perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik (Manuaba, 2006).
   Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sangat rentan akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang  bayi (Sarwono, 2006).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sangat rentan akan infeksi, ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relativ belum sanggup membantu antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum oleh karena itu, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi, termasuk mencuci tanggan sebelum memegang bayi  ( Koswara 2009).

Mencegah kanker sejak dini


Angka Kejadian kanker meningkat dengan pesat sejak 2-3 dasawarsa terakhir ini dan dibarengi dengan kenaikan tingkat kematian.
Banyak fktor resiko yang bisa menimbulkan kanker. Dan pada kanker-kanker tertentu pencegahan dapat dilakukan dengan cara menepis semua faktor yang dapat menimbulkan kanker termasuk faktor yang meningkatkan resiko.

Pola hidup/makan dan kebiasaan seksual yang dapat mencegah timbulnya keganasan ;
  1. Konsumsibanyak sayuran dan buah-buahan.
  2. Minum teh karena banyak mengandung antioksidan.
  3. Membatasi lemak hanya sampai 20 % dari jumlah kalori total.
  4. Makan ikan segar beberapa kali dalam seminggu.
  5. Jauhi makanan yang diasinkan, diasamkan dan diasap.
  6. Hindari minuman beralkohol.
  7. Tingkatkan konsumsi kalsium dengan low-fat dairy product, skim milk, low fat yoghurt.
  8. Banyak makan kedelai, tahu, tempe, susu kedelai.
  9. Konsumsi banyak vitamin dan mineral.
  10. Monogami dan tabukan hubungan seksual yang tidak wajar pada usia muda dan dengan mitra seksual yang banyak.
  11. Dan tentu saja, buanglah kebiasaan merokok atau konsumsi tembakau dengan cara lain.
 Pencegahan kanker dibagi menjadi 3 (Tiga) komponen, Yaitu :
  1. Pencegahan primer 
Yaitu merupakan tindakan intervensi pada proses penyakit dalam tahapan awal. 
Tujuannya adalah menghilangkan faktor penyebab yang diduga dapat menyebabkan kanker. 
Sebagai contoh pencegahan kanker primer yang klasik adalah upaya mengurangi kebiasaan merokok
 Dari perhitungan statistik dapat diperkirakan apabila tidak ada satu orangpun yang merokok maka satu dari tiga kanker akan dapat dicegah.

     2.  Pencegahan sekunder 
Diartikan sebagai usaha mendeteksi penyakit sebelum timbul keluhan.
Dari segi praktis tindakan ini merupakan tindakan penyaringan seperti mammografi dan pap' smear.

Sedangkan yang diartikan denga pencegahan tersier adalah tindakan untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penyakit dan atau pengobatan terhadap penyakit kanker.

Demikianlah sobat semoga bermanfaat dan tentunya agar kita bisa lebihberhati-hati lagi untuk terhindar dari penyakit kanker ini.



Popular Posts

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. PENKES - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger