Diabetes, sering disebut oleh dokter sebagai diabetes mellitus, menggambarkan sekelompok penyakit metabolik di mana seseorang memiliki gula darah tinggi (gula darah), baik karena produksi insulin tidak memadai, atau karena sel-sel tubuh tidak merespon dengan baik terhadap insulin, atau keduanya. Pasien dengan gula darah tinggi biasanya akan mengalami poliuria (sering kencing), mereka akan menjadi semakin haus (polidipsia) dan lapar (polifagia).
Ada 3 tipe penyakit Diabetes, yaitu :
1. Dibetes Melitus tipe 1.
Dulu disebut insulin-dependent diabetes (IDDM, “diabetes yang
bergantung pada insulin”), atau diabetes anak-anak, dicirikan dengan
hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans
pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe
ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.
Pada diabetes jenis ini, pankreas tidak bisa memproduksi insulin sama
sekali. Sehingga, untuk bertahan hidup, penderita bergantung pada
pemberian insulin dari luar dengan cara disuntik. Karena itu, diabetes
ini juga memiliki istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM).
Jumlah kejadiannya sangat langka, hanya sekitar 10% dari total diabetesi
(penderita diabetes) di dunia dan kurang dari 1% di Indonesia.
Sampai saat ini
diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Diet dan olah raga tidak bisa
menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe 1. Kebanyakan penderita
diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat
penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons
tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini,
terutama pada tahap awal.
Penyebab terbanyak dari
kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi
autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas
tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Saat ini, diabetes tipe
1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan pengawasan
yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor
pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap
paling awal sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin,
ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa
mengakibatkan kematian.
Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya
hidup (diet dan olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya,
juga dimungkinkan pemberian insulin melalui pump, yang memungkinkan
untuk pemberian masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang
telah ditentukan, juga dimungkinkan pemberian dosis (a bolus) dari
insulin yang dibutuhkan pada saat makan. Serta dimungkinkan juga untuk
pemberian masukan insulin melalui “inhaled powder”.
Perawatan diabetes tipe
1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan mempengaruhi
aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup, perawatan yang
tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan dijalankan.
Tingkat Glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1 harus sedekat
mungkin ke angka normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l). Beberapa dokter
menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk mereka yang
bermasalah dengan angka yang lebih rendah. seperti “frequent
hypoglycemic events”. Angka di atas 200 mg/dl (10 mmol/l) seringkali
diikuti dengan rasa tidak nyaman dan buang air kecil yang terlalu sering
sehingga menyebabkan dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l)
biasanya membutuhkan perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke
ketoasidosis. Tingkat glukosa darah yang rendah, yang disebut
hypoglycemia, dapat menyebabkan kejang atau seringnya kehilangan
kesadaran.
2. Diabetes mellitus tipe 2
Inilah jenis diabetes yang diderita 90% para penderita diabetes. Diabetes jenis ini disebut juga diabetes life style karena
selain faktor keturunan, penyebab utamanya adalah gaya hidup tidak
sehat. "Sebanyak 90% diabetesi menderita DM karena pengaruh faktor
keturunan. Tapi, faktor lingkungan dan gaya hidup adalah faktor pemicu
terjadinya DM," jelas Prof. Sidartawan. Umumnya, diabetes tipe ini
mengenai orang dewasa, tapi akhir-akhir ini juga banyak mengenai
orang-orang yang lebih muda.
Berbeda dari diabetes tipe 1 yang muncul tiba-tiba, diabetes tipe 2 berkembang sangat lambat, bisa sampai bertahun-tahun. Karena itu, gejalanya sering kali tidak jelas terasa. Penderita diabetes tipe 2 tidak mutlak memerlukan suntikan insulin karena pankreasnya masih menghasilkan insulin, tapi kerja insulin menjadi tidak efektif karena di dalam tubuh tengah terjadi resistensi insulin atau penurunan kemampuan hormon insulin menurunkan kadar gula darah.
Saat terjadi resistensi insulin, pankreas harus bekerja keras memproduksi insulin sebanyak-banyaknya untuk dapat menggempur resistensi insulin tersebut dan memberi kesempatan gula untuk masuk ke dalam sel-sel tubuh. Jika kondisi ini tidak segera diperbaiki, pankreas akan kelelahan dan kemampuannya untuk menghasilkan insulin menurun sehingga gula akan menumpuk di dalam darah. Salah satu faktor pemicu resistensi insulin atau diabetes tipe 2 adalah kegemukan, khususnya kegemukan di daerah perut, kurangnya aktivitas fisik, dan terlalu banyak makan dengan gizi yang tidak seimbang
Berbeda dari diabetes tipe 1 yang muncul tiba-tiba, diabetes tipe 2 berkembang sangat lambat, bisa sampai bertahun-tahun. Karena itu, gejalanya sering kali tidak jelas terasa. Penderita diabetes tipe 2 tidak mutlak memerlukan suntikan insulin karena pankreasnya masih menghasilkan insulin, tapi kerja insulin menjadi tidak efektif karena di dalam tubuh tengah terjadi resistensi insulin atau penurunan kemampuan hormon insulin menurunkan kadar gula darah.
Saat terjadi resistensi insulin, pankreas harus bekerja keras memproduksi insulin sebanyak-banyaknya untuk dapat menggempur resistensi insulin tersebut dan memberi kesempatan gula untuk masuk ke dalam sel-sel tubuh. Jika kondisi ini tidak segera diperbaiki, pankreas akan kelelahan dan kemampuannya untuk menghasilkan insulin menurun sehingga gula akan menumpuk di dalam darah. Salah satu faktor pemicu resistensi insulin atau diabetes tipe 2 adalah kegemukan, khususnya kegemukan di daerah perut, kurangnya aktivitas fisik, dan terlalu banyak makan dengan gizi yang tidak seimbang
Diabetes mellitus tipe 3
Diabetes mellitus gestasional (bahasa Inggris: gestational
diabetes, insulin-resistant type 1 diabetes, double diabetes, type 2
diabetes which has progressed to require injected insulin, latent
autoimmune diabetes of adults, type 1.5" diabetes, type 3 diabetes, LADA) atau diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya. GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup.
Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua
kehamilan. GDM bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang
setelah melahirkan. GDM dapat disembuhkan, namun memerlukan pengawasan
medis yang cermat selama masa kehamilan.
Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik
dapat membahayakan kesehatan janin maupun sang ibu. Resiko yang dapat
dialami oleh bayi meliputi makrosomia (berat bayi yang tinggi/diatas
normal), penyakit jantung bawaan dan kelainan sistem saraf pusat, dan
cacat otot rangka. Peningkatan hormon insulin janin dapat menghambat
produksi surfaktan
janin dan mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan. Hyperbilirubinemia
dapat terjadi akibat kerusakan sel darah merah. Pada kasus yang parah,
kematian sebelum kelahiran dapat terjadi, paling umum terjadi sebagai
akibat dari perfusi plasenta
yang buruk karena kerusakan vaskular.
Induksi kehamilan dapat
diindikasikan dengan menurunnya fungsi plasenta. Operasi sesar dapat
akan dilakukan bila ada tanda bahwa janin dalam bahaya atau peningkatan
resiko luka yang berhubungan dengan makrosomia, seperti distosia bahu.
Diet : Bisa di baca dalam artikel "Diet (pola pengaturan makan) bagi penderita Diabetes Melitus "
Semoga bermanfaat.
ternyata masih dibagi lagi ya diabetes itu, sampai ada 3 tipe.. sungguh berbahaya penyakit yang satu ini memang
ReplyDelete